Selasa, 06 Oktober 2009

Segera Dibangun Monumen Batik di Malioboro

Pengakuan dunia bahwa batik Indonesia sebagai warisan budaya bukan benda (intangible cultural heritage) oleh UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), kota Yogyakarta mencanangkan pembangunan monumen batik. Letak monumen di ujung Jalan Maliboro atau tepatnya di pojok selatan Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta.

"Ini baru tonggak awal menguatkan batik sebagai budaya orang Indonesia, bukan negara lain. Rencana pembangunan monumen batik ada sebelum pengakuan UNESCO terhadap batik,” kata Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto.
Ia mengisahkan, saat berada di Kinibalu, Sabah, Malaysia bertemu dengan Wali Kota Kinibalu, memperolah penjelasan batik Malaysia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan batik Indonesia.

Selain membangun monumen batik, juga akan dibangun museum batik, sentra batik tulis. Saat ini sentra batik tulis Yogyakarta tersebar di beberapa kabupaten. "Generasi muda harus bangga dengan memakai batik,” kata dia.

Ia berharap, Kota Yogyakarta bisa menjadi simbol batik di Indonesia, serta pusat dari filosofi batik. Dengan pengakuan UNESCO tersebut diharapkan juga mampu meningkatkan industri batik di Yogyakarta dan di seluruh Indonesia, tidak hanya di Jawa.

Adalah batik jenis Semen Romo yang bakal dijadikan ornamen monumen. Corak batik ini menyimbolkan delapan ajaran utama bagi seorang pemimpin atau raja yang dikenal sebagai asta brata. Kedelapan ajaran tersebut adalah endra brata, yama brata, surya brata, sasi brata, bayu brata, dana brata, pasa brata dan agni brata.

”Batik Indonesia terutama batik Jawa itu memunyai filosofi kuat terhadap ajaran ajaran filsafat, batik dipakai oleh gusti (raja) dan rakyat, ini menyimbulkan manunggaling kawulo lan gusti,” demikian kata Larasati Suliantoro Sulaiman, ketua Paguyuban Batik Sekar Jagad Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar